bisnis online, jual beli online, sistem pembayaran, pembayaran online, bisnis online

Sabtu, 13 Desember 2014

KELENGKAPAN DOKUMEN


Setiap Agen biasanya ada perbedaan dalam kelengkapan dokumen, tetapi kelengkapan yang mesti ada biasanya seperti berikut :

  • PASSPORT 48 Halaman
  • BST (Basic Safety Training)
  • Seaman Book
  • Test Kesehatan
  • VISA
  • KTKLN

PASSPORT BISA DIPEROLEH DI SELURUH KANTOR IMIGRASI DI INDONESIA,  siapkan Dana +/- 300 Ribu.
PERSYARATAN :
Formulir, diisi dengan lengkap
KTP asli dan fotokopi
Kartu Keluarga (KK) asli dan fotokopi
Akte Kelahiran asli dan fotokopi
Ijasah terakhir.
Meterai Rp.6000,-

Seluruh berkas  dimasukan ke map yg dibeli di kantor Imigrasi dan diserahkan ke
loket pendaftaran Paspor.
Di loket ini anda akan dicek kelengkapan dokumen dan ditanya motivasi pembuatan paspor. Bisa dijawab untuk bekerja di Kapal Pesiar.
Anda akan mendapat struk berisi data singkat dan tgl kapan anda harus kembali.



Berdasarkan  tgl yg tertera di struk, kita kembali lagi dgn membawa semua berkas asli.. Setelah  berkas di serahkan , kita akan diberi  kwitansi untuk melakukan pembayaran.
Dengan kwitansi pembayaran, serahkan ke loket photo dan tunggu panggilan. Kemudian lakukan pengambilan sidik jari. 
Anda akan mendapat struk lagi untuk pengambilan  paspor pada tanggal yg tertera.  Pengambilan Paspor bisa diwakilkan ke orang lain.
Biaya Paspor yg resmi sebesar Rp.270.000,- ditambah Rp.6000 utk meterai dan Rp.5.000– Rp.10.000 untuk map. Biaya ini bisa membengkak menjadi Rp.750.000 kalau melalui orang lain...
Catatan :
Kadang-kadang, tergantung kantor Imigrasinya  anda harus mengambil nomer antrian atau tidak, jadi tanyalah orang sekitar sebelum mengantri, daripada sudah ngantri lama tapi anda enggak ngambil nomer antrian, anda tidak akan dipanggil-panggil.... heee...

BST , adalah pelatihan dasar untuk keselamatan diri sendiri dan diri orang lain, biasanya berupa training dari 3-7 hari. perkiraan biaya 1,2 Juta, kalau di Jakarta bisa diikuti di :

Pertamina Maritime Training Center , Jl. Pemuda  No.44 Rawamangun Jakarta Timur.
Tlp. 021-4721082, 4701853.
 Focus Maritime Training Center, Duta Mas Fatmawati,  Blok B2 No 34-35.
Jl. RS. Fatmawati No.39 Jakarta Selatan 12150. Tlp. 021-7210075.

disini saya tekankan , saya bukan sponsor dari Focus ataupun Pertamina, silahkan  kontak langsung ke alamat di atas.

SEAMAN BOOK,  buku pelaut, bisa diperoleh di Kota-kota Pelabuhan di Indonesia, biaya sekitar 200 – 300 ribu, persyaratan dokumen biasanya KTP, Ijasah terakhir, Akte Kelahiran dan Photo 5x5 latar belakang biru.

TEST KESEHATAN, biasanya setelah dinyatakan lulus test wawancara , anda harus menjalani test kesehatan, biaya sekitar  1,4 juta. Kritikal point adalah tidak mengidap HIV, TBC, Ambeien, Turun bero/Hernia karena untuk posisi di HK/FB anda akan banyak berhubungan dengan posisi mengangkat barang berat

VISA, untuk VISA Amerika bisa menghubungi Konsulat di Jakarta atau Surabaya.., biasanya pembuatan Visa ini setelah anda dinyatakan lulus dan sudah ada LG (Letter of Guarantee) dari owner Kapal Pesiar. Anda akan dibantu oleh Agen, karena mereka yang akan bertindak sebagai sponsor. Biaya sekitar USD 130.

KTKLN,
Yang masih rada hangat yaitu KTKLN, Kartu Tenaga Kerja Luar Negri, dengan kartu ini anda bebas fiskal, ga usah bayar fiskal yang nyampai sejuta.
Berikut ini ada beberapa kisah kocak jenaka dari beberapa TKI kita.

 http : //kompasiana.com/post/urban/2011/08/25/gonjang-ganjing-kartu-sakti-ktkln/
 Gonjang-ganjing Kartu Sakti “KTKLN” Oleh: Hendra Suryakusumah | 25 August 2011
| 22:29 WIB

Sudah sekitar tiga bulan ini, pekerja migran di luar negeri khususnya di timur tengah wa bil
khusus lagi di Qatar terkena gonjang-ganjing demam kartu sakti besutan Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI). Biarpun nggak seheboh berita kicauan dan penangkapan Nazaruddin, kartu yang
bertajuk KTKLN (Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri) ini cukup membuat para pekerja
migran khususnya pekerja profesional di Qatar gelisah dan ujung-ujungnya meradang. Berbagai milis yang saya ikuti hampir setiaphari dipenuhi oleh umpatan, makian, namun ada juga yang mendukung kartu berwarna dasar merah putih ini.
Tak heran, jika satuthread tentang kartu KTKLN bisa mendapat respon hingga puluhan bahkan ratusan posting. Anehnya, tak satupun tanggapanresmi berasal dari otoritas terkait mengenai hal ini. Ironis memang, tapi ya begitulah normalnya Indonesia. Pandangan pertama saya pada kartu ini terjadi pertengahan Juli lalu, ketika saya yang bekerja sebagai IT profesional di Qatar sengaja membuat kartu KTKLN ini di kantor BNP2TKI di Jalan Soekarno Hatta Bandung.
Kebetulan waktu itu saya sedang mengambil cuti tahunan di Indonesia. Berikut ini sedikit cuplikan kejadian dan percakapan antara saya dan beberapa petugas di kantor badan yang diketuai oleh Jumhur Hidayat, mantan aktivitis mahasiswa di Bandung. Secara sengaja saya datang pagi-pagi sekitar jam sembilan hari Senin dengan harapan menghindari antrian panjang. Datang bersama supir, sampai lokasi seorang petugas
keamanan kantor itu menunjukkan loket pembuatan kartu KTKLN. Terlihat hanya beberapa orang saja yang sedang mengisi semacam form di depan sebuah ruangan kecil.
Saya kemudian masuk ke ruangan tersebut
dan terjadilah percakapan berikut: 

Hendra, “Selamat pagi. Saya mau membuat kartu KTKLN”.
Petugas, “Selamat pagi. Oh silakan Pak…
Bapak sedang cuti?”.
Hendra, “Betul”.
Petugas, “Surat cutinya ada ?!”

Dalam hati saya, sudah lebih dari lima tahun saya bekerja di timur tengah baru kali ini dengar ada yang namanya surat cuti. Ingin mencoba sedikit menggertak tapi saya tahan lebih dulu. Hendra, “Wah..saya tidak ada surat cuti dan memang setiap cuti juga tidak pernah saya dapat surat seperti itu”. 

Petugas, “Kalau gitu kartunya nggak bisa dibikin, Pak. Bapak harus bikin dulu surat cutinya”. Prakk…kesabaran saya sudah mulai habis.
Hendra, “Begini Mas (saya panggil mas karena memang orangnya kelihatan masih muda), saya mau buat kartu KTKLN dan informasi yang saya dapat syaratnya hanya fotokopi passport dan ID card di negara
tempat saya bekerja. Saya nggak pernah diminta untuk memperlihatkan surat cuti”. Jawab saya mulai sedikit ngotot.
Petugas, “Maaf pak (suaranya juga mulai meninggi), kami disini hanya menjalankan tugas (jawaban yang klise). Kalau begitu bapak menemui saja Ibu Isye (kalau tidaksalah ingat) di lantai dua. Beliau atasan kami”.
Dari tadi kek dalam hati saya yang kemudian bergegas naik ke lantai dua. Disana terlihatseorang siswa SMP ditemani seorang petugaslainnya sedang mengentri data di komputer.
“Mau ketemu siapa Pak?”, tanya salah seorang perempuan berseragam hijau
kecoklatan yang kelihatan baru lulus kuliahan.
 “Mau ketemu Ibu Isye”, jawab saya.
 “Oh Ibu Isye-nya sedang keluar, tunggu saja dulu”.
 “Masih lama nggak?”, tanya saya mulai agak sewot.
 “Ditunggu aja pak”.
Baru sekitar lima menit saya duduk, datanglah seorang ibu setengah baya juga
dengan seragam coklat kehijauan (atau hijau kecoklatan).
“Selamat pagi, Bu”, sapa saya.
“Selamat pagi, Pak. Ada yang bisa saya bantu?” tanya beliau lumayan sopan.
“Begini bu, saya kan mau buat kartu KTKLN di bawah tapi katanya saya harus buat surat cuti. Padahal informasi yang saya dapat cukup dengan fotokopi passport dan ID card (sambil saya keluarkan keduanya) sudah cukup buat bikin kartu itu.
 “Betul pak, memang dua itu saja sudah cukup. Bapak TKI mandiri kan?” katanya sambil juga bertanya.
“Betul bu, saya memang TKI mandiri”, jawab saya sekenanya. Padahal saya sama sekali tidak tahu definisi TKI mandiri dan tidak mandiri, yang penting kartunya cepat jadi begitu pikir saya dalam hati.
“Oke, kalau begitu Bapak isi formulir dulu nanti datanya akan kami isikan ke dalam aplikasi,” kata Ibu Isye sambil menyuruh anak buahnya memberikan formulir isian kepada saya. 

Saya sedikit kaget ketika melihat apa yang dinamakan formulir isian tak lain adalah printout dari aplikasi yang mereka pakai. Ini terlihat dari beberapa isian yang mengharuskan mengisi berdasarkan pre- defined data (maaf agak teknis sedikit). Ini jelas memperlihatkan sebuah ketidaksiapan dari Badan yang langsung bertanggungjawab kepada presiden.
 Okey lah..pikir saya dalam hati, yang penting kartunya cepat selesai dan saya tidak akan punya masalah saat melewati petugas imigrasi di bandara saat kembali ke Qatar.
Saya pun mulai mengisi formulir tersebut.
Nama, alamat, nomor passport. Saya cari alamat email yang biasanya ditanyakan tapi tidak ada dalam formulir tersebut. Saya pikir alamat email sudah menjadi hal yang lumrah bagi para pekerja migran profesional (mandiri?), tapi nyatanya malah tidak ditanyakan. Sudah hampir menyelesaikan halaman pertama, tiba-tiba dahi saya sedikit berkerut sambil sedikit menahan ketawa.
Ternyata disitu ada satu pertanyaan “Nama majikan”. Saya harus isi apa yah? Nama atasan saya langsung di kantor? Atau nama CEO tempat saya bekerja? Akhirnya pertanyaan itu saya kosongkan saja.
Beberapa pertanyaan yang saya rasa tidak relevan juga saya tidak isi. Setelah isi formulir, kemudian saya serahkan ke petugas yang sama di lantai bawah. Begitu diserahkan, mereka meminta fotokopi passport dan Qatar ID card saya.
“Oh, perlu fotokopinya ya?”, tanya saya,
“Ini, silakan difotokopi”.
 “Wah, kami nggak ada mesin fotokopi, Pak. Bapak bisa fotokopi diluar”.
 Ini dia…kantor boleh keren, aplikasi katanya online, kartunya katanya pake magnetic card tapi kok mesin fotokopi nggak punya. Jadi teringat keponakan saya yang ABG, “cape deeh”…ya sudah akhirnya saya dan supir terpaksa cari fotokopian disekitar situ. Masih untung memang ada beberapa yang sudah
buka.
Kembali ke loket pembuatan kartu, hanya hitungan menit saya kemudian difoto dan kartu kontroversial itupun sudah jadi. Gratis tanpa bayar seperakpun. 
Minggu pertama Agustus, saya pun kembali ke Qatar karena masa cuti sudah habis.
Setelah check-in beres, dengan rasa percaya diri yang hampir luber saya melenggang boarding melewati petugas imigrasi.
Sambil melihat passport saya, Si Petugas tanya, “Baru selesai cuti ya Pak?”
“Iya”, jawab saya pendek sambil dompet sudah siap mengeluarkan kartu sakti KTKLN. Tok-tok-tok…passport saya dicap,
 “Silakan Pak,” kata si petugas pendek. 
Tangan sayamendadak turun lagi. Jangankan disuruh kasih lihat kartunya, ditanya saja nggak. Jadi ingat
lagi keponakan saya yang ABG, “cape deeh..”.
 
http://kompasiana.com/post/regional/2012/01/17/siapa-bilang-bikin-ktkln-susah/
 Siapa Bilang Bikin KTKLN Susah
Oleh: Nanks Sahaja | 17 January 2012 | 06:15 WIB

Bermodalkan banyak membaca artikel tentang KTKLN dari para kompasioner, baik pengalaman mereka pribadi maupun dari cerita TKI lain, dengan berbagai celoteh yang bikin seram sejuk sampai tips dan trik
menghadapi para hantu bandara, akhirnya aku beranikan diri untuk pulang kampung dengan semagat 45 hehehe…. Ada beberapa tips dari para kompasioner yang saya pakai cukup jitu juga, dengan dandanan perlente, potongan rambut yang rapi, kemeja polos disetrika licin, celana cotton sepatu disemir mengkilap ditambah Jas dan tentengan tas laptop, akan menambah percaya diri ketika melewati para petugas dibandara, dijamin mereka ngga akan menyentuh kita insya Allah. Walaupun jantung berdegup kencang ketika melihat berseliweran para petugas, saya buat langkah setenang mungkin, gila ternyata mereka lebih menakutkan dari hantu beneran…. Alahamdulillah….. akhirnya saya  bisa bernapas dengan lega sampai diluar terminal 2 Bandara Sukarno-Hatta, terima kasih ya Allah. melihat lambaian sanak saudara menjemput bertambah lega campur haru, separti baru menang dalam peperanagan, bisa jadi ini adalah perang jihad melawan hantu hehehe.
***************************** 

Cerita tentang pulang kampung berjala  dengan sangat lancar, sekarang saatnya kembali lagi berangkat ke negeri orang dimana kita bekerja. Ya, kalau dulu kita selalu dimintai surat bebas fiskal dari Kedutaan RI dimana kita bekerja, kalau gagal menunjukan bebas fikal tersebut maka kita harus membayar Fiskal sebesar
1Juta, kemudian ketika fiskal ditiadakan, TKI wajib mempunyai Kartu NPWP dari daerah masing2 dan ditunjukan bersama paspor, jika ngga punya NPWP, kita disuruh bayar 600ribu-700ribu, walah walah walah semua koq ujung2nya duit. Nah sekarang para TKI wajib punya yang kononnya membuatnya gratis (memang gratis) di BNP2TKI/BP3TKI.baca artikel kang Tedi http://sosok.kompasiana.com/2011/12/17/ktklnini- ceritakubagaimana-ceritamu/ atau http:// ekonomi.kompasiana.com/ manajemen/2011/12/03/kartu-sakti-itu- bernama-ktkln/ Saya belum punya kartu tersebut dan engga sempat ngurus, ketika dijakarta. Tapi berdasarkan pengalaman para TKI yang juga Kompasioner yang selalu sharing menunjukan
tempat dan cara membuat KTKLN , diantaranya apabila ngga sempat ngurus KTKLN di kantor BP3TKI Ciracas kita boleh ngurus dibandara asal datang awal. 

Saya mencoba alternatif yang ini, mengurus KTKLN dibandara dengan datang awal, kebetulan flight saya jam 05.05 pagi, jadi saya sampai bandara jam 02.00 am, eh ternyata bandara akan dibuka pada pukul 03.00 pagi, tidak apalah menunggu 1 jam. Karena masih sangat pagi suasana sangat sepi, jadi saya tidak meresa takut atau cemas.
Ketika saya masuk dan chek in di counter 29 saya ditanya dengan ramah, “Bapak sudah punya KTKLN?” , “Belum” jawab saya singkat, kemudian petugas counter itu menunjukan tempat dimana saya boleh mengurus KTKLN, dengan diembel-embeli “saya ada penerbangan jam 05.00pagi”. Benar saja, petugas KTKLN cukup ramah, dengan menyodorkan paspor dan  tidak banyak pertanyaan, mengetik kemudian ambil photo melalui web cam, terus disuruh tunggu sebentar untuk memproses kartunya. tak lama kemudian petugasnya memanggil menyerahkan kartu KTKLN, beres. Koq gampang banget. Gak dipungut biaya sepeserpun, termasuk premi ansuransi Gak pake lama, Gak pake calo, Alhamdulillah semua urusan saya berjalan dengan lancar, padahal sebelumnya sudah ketakutan karena banyak yang nakut-nakutin seperti banyak TKI gak bisa terbang gara2 gak punya KTKLN, dan harus bayar kepada petugas (entah petugas apa) 400ribu-700ribu kalau mau terbang gila, padahal ngurus KTKLN gak sampe 5 menit udah beres dan Gratis..tis..tis..tis.. Jadi jangan mudah percaya begitu saja dengan cerita2 yang bikin kita takut, ambil pengalaman orang lain baik yang gagal maupun yang sukses untuk pelajaran dan persiapan buat kita, jangan malu atau takut untuk bertanya, itulah pengalaman saya. 



Sedikit Tips Pulang ke Tanah Air>>>>>> Booking tiket awal sekurang-kurangnya 1bulan karena harga tiket akan lebih murah, dibanding 1minggu apalagi mendadak atau on the spot. Kalau tiket return, usahakan beli tiket open yang boleh dimajukan atau dimundurkan untuk jaga2. Ambil penerbangan yang dijangka tiba ditanah air diatas jam 11.00 malam, (ini bisa mengurangi resiko ditarik-tarik sama hantu2 bandara) Perhatikan penampilan dan pakaian kita, walaupun sederhana tapi kemas, rapi dan tampak terpelajar dengan demikian kita akan disegani. Jangan terlalu banyak bawa barang yang kurang berguna atau yang dinegara kitapun bisa kita beli seperti sound sistem, TV Besar, apalagi mesin cuci, (wah itu bisa bikin yang gentayangan pada nyamperin deh), cukup bawa barang seperlunya, bila perlu ada tentengan pakailah tas laptop walaupun isinya bukan laptop. 
Uruslah KTKLN secepatnya, kalau mau urus dibandara datanglah seawal mungkin karena dikuatirkan antriannya panjang, sehingga kita bisa terlepas penerbangan kita. Akhir kata selamat menikmati liburan ditanah air dengan tanpa gangguan…… Wallahualam bisawab.
Demikian cerita dari mereka yang hampir selalu menjadi bulan-bulanan petugas di Bandara Soekarno Hatta

Beberapa Agen/Kapal Pesiar memerlukan MARLIN test yaitu test untuk melihat seberapa jauh calon pelaut memiliki kemampuan berbahasa Inggris. Cuma sepengetahuan saya, waktu test di di CTI/Carnival (thn 1999) tidak ada Marlin Test, karena  begitu anda join di  Carnival, anda akan di test lagi kemampuan Bahasa Inggris Basic. Kalau ga lulus anda akan di training lagi ( di kapal tentunya ).

UNTUK SETIAP DOKUMEN, ANDA DAPAT BERHEMAT DENGAN DATANG LANGSUNG KE TEMPATNYA. 
Kecuali anda mempunyai dana berlebih dan tidak mau repot, anda bisa menyerahkan semuanya ke AGEN. Sebagai contoh. kalau anda mengurus sendiri PASPOR anda keluar biaya sekitar Rp.300.000, kalau anda menyerahkan ke Agen, anda akan dikenai biaya  sekitar Rp. 750.000,-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar